Thursday, January 28, 2016

Da'wah...



”Perumpamaan seseorang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang yang melalaikannya, bagaikan sekelompok orang yang sama-sama berada di sebuah kapal. Di antara mereka ada yang menempati bagian atas, dan sebagian yang lain ada yang menempati bagian bawahnya. Jika orang-orang yang berada di bawah berusaha mendapatkan air minum dengan cara melubangi perahu tersebut, akan tetapi perbuatan mereka itu tidak berusaha dilarang oleh mereka yang kebetulan berada pada posisi atas kapal, sehingga mereka berhasil melubangi kapal tersebut,  maka sudah tentu kapal tersebut akan mengalami kebocoran, dan akan menenggelamkan seluruh orang yang berada di atas maupun bawah dari kapal tersebut. sebaliknya, jika mereka mencegah perbuatan sebagian orang yang akan melubangi kapal itu, maka seluruh mereka akan selamat ke tepian  dermaga.” 

Bisa dilihat betapa urgensinya untuk mengingatkan terhadap sesama. Hanya berdiam diri, mengurung dan mengasingkan diri tanpa melakukan sesuatu demi kebaikan bersama, bukanlah pilihan yang bijak. Mari bangkit,  mengingatkan kepada hal kebaikan. Amal ma’ruf nahi munkar. Dakwah.

Ada sebagian orang yang diingatkan sekali langsung paham dan mengikuti. Ada pula sebagian lainnya yang harus diingatkan lima sepuluh kali baru ngeh.

Bukan cepat atau lambatnya kita bisa mengubah orang yang ngga ”bener” ke jalan yang lebih bener. Tapi ke-istiqomah-an kita lah yang perlu diperhatikan. Dan juga dalam mengingatkan ke dalam kebaikan pun perlu memperhatikan banyak hal. Banyak cara dan banyak alternatif.

Menyebarkan kebaikan bukan berarti kita harus ”straight forward” menyalahkan orang tersebut. Ada caranya. Ini lho yang menjadi alasan utama dari kesekian banyak alasan lainnya yang membuat perpecahan umat Islam di dunia ini, saat ini. Perbedaan pendapat itu sebuah keniscayaan. Ngga bakal mungkin untuk dihindarkan. Tapi banyak yang merasa diri mereka sendiri paling ”islam” di bandingkan dengan kelompok atau golongan yang lainnya. Lidah mereka gampang mengkafirkan orang lain. Menyesatkan orang lain. Memusrikkan orang lain. Seakan-akan merekalah yang berhak untuk masuk surga. Yang lain NO WAY. Dan pada akhirnya agama islam bukan bersatu malah bakal lebih terpecah belah lagi. Nah lho.

Memang benar kalau di sekitar kita ada dan banyak ajaran-ajaran yang menyeleweng. Yang ngawur. Tapi satu, percayalah kalau agama islam bakal terjaga hingga akhir jaman. Sengawur-ngawurnya, senyleneh-nylenehnya ajaran itu, agama Allah pasti akan terjaga. Pasti. Dua, ayo bertemu. Diskusi. Bukan berarti kita membenarkan ajaran mereka yang mungkin menyeleweng. Bukan. Tapi kalau hanya main di belakang, apa iya itu bisa nyelesaiin masalah? Menolak berunding. Ngumpulin massa. Nyebar fitnah di mana-mana. Kebencian dimana-mana. Apalagi sekarang di media massa banyak gerakan-gerakan yang anti ini anti itu. Semangat menggemborkan jihad katanya.

Ayo lah duduk manis dulu. Muzakkarah. Berunding, membuka diskusi. Gunakan kepala dingin. Jangan mudah marah trus temperamen tinggi dan pada akhirnya suka menyalahkan orang lain. Lalu membusungkan dada seakan golongan kita lah yang benar. Kan kalau diselesaikan dengan cara baik-baik kan enak. Ngga semua masalah itu bisa diselesaikan dengan perang kok. Menggunakan kekerasan, menghunus pedang. Malah riweuh.

Ya meskipun pada kenyataanya dalam perundingan itu ngga pasti menjamin untuk nemu jalan keluar. Kalau aku berpendapat, bila kita terpaksa berperang, itu pun harus merupakan opsi paling terakhir. Paling pol terakhir. Dan berperang disini juga tidak harus identik dengan kekerasan, pedang-pedangan. Perang dalam arti luas. Yang terpenting adalah sebelumnya ya kita harus bener-bener sudah berusaha mencari jalan keluar secara damai. Jalan diplomatis. Karena kita dalam beragama itu memang harus memperhatikan dua sayap. Yaitu sayap emosional dan sayap rasional. Emosional itu menggerakkan diri kita, sedangkan rasional itu yang membatasi. Jika kita hanya mengedepankan emosional tanpa menghiraukan rasional, ya itu akal dan pikiran kita, maka tragedi-tragedi di sekitar kita ini lah yang terjadi.

Maka, berdakwahlah dengan cara yang benar. Jangan mudah menghujat serta mengolok pihak lainnya. Dakwah itu penting. Tapi harus dilakukan dengan benar. Niat yang lurus, harus juga diiringi dengan sikap dan perbuatan yang lurus pula. Jangan menambah benih-benih permusuhan terhadap sesama.

No comments:

Post a Comment

Most Popular