Sebentar
lagi hari valentine. Pasti juga bakal rame yang gembor-gembor kayak NO
VALENTINE DAY, ISLAM MENOLAK VALENTINE, VALENTINE ITU KAFIR, dan lain sebagainya.
Yah emang peristiwa tahunan sih. Pasti kayak gitu terus dari tahun ke tahun.
Pasang poster, baliho, sampai bagi-bagi stiker di jalanan mungkin.
Sebagian orang merasa bahwa ini adalah
hal yang patut ditegakkan. Emang udah tugas mereka. Amal ma’ruf nahi munkar.
Mengingatkan dalam hal kebaikan dan mencegah dari perbuatan kemaksiatan. Menurut
mereka, valentine itu adalah bagian dari kepercayaan agama lain. Maka sudah
sepantasnya kita untuk menghindarinya dan tidak turut serta merayakannya.
Karena pada dasarnya kalau kita mengikuti kepercayaan-kepercayaan mereka maka
kita akan termasuk dalam golongan mereka. Itu claimnya.
Target
utama mereka, adalah sebagian lainnya lagi yang bodo amat. Suka-suka gue
dong mau ngrayain mau enggak. Yang penting ngga
ngurusin campuran loe kan. Jadi seperti itu. Mereka yang
menghiraukan akan aturan-aturan yang ada. Yang mengatasnamakan kebebasan sih,
tapi masalahnya ini kebebasan yang kebablasan. Mulai dari yang sekedar
bagi-bagi mawar, trus bagi-bagi stiker di persimpangan jalan, sampai ada yang
bagi-bagi k*ndom di bawah jembatan. Kalau ditanya kenapa, jawabnya : SUARA PEMUDA.
Terlepas
dari pro dan kontra tentang valentine itu sendiri, banyak hal yang sebenarnya
bisa kita lakukan untuk menengahi hal tersebut. Dalam menegakkan kebenaran mbok
ya dengan melakukannya juga dengan cara yang benar. Aku agama Islam. Dan aku
tidak merayakan hari valentine. Tapi bukan berarti aku harus berkoar-koar di
publik dan bilang “Say NO to Valentine” kan.
Meskipun
aku ngga merayakannya, toh ya aku ngga serta merta kampanye sana sini tentang
keharaman valentine kan. Kalau aku boleh kasih ide, beri nasehatlah yang bener.
Jangan kok langsung garis keras di barisan depan mengecam perayaan valentine. Demo
dijalanan. Malah tambah macet aja. Mungkin di luar sana banyak orang awam yang
baru belajar Islam tapi masih merayakan valentine. Mungkin juga dikarenakan
salah bergaul, kurang perhatian orang tua, dan lain sebagainya. Namun kalau
cara penyampaian kebenarannya aja kayak gitu tadi, sarat rusuh, terlihat kejem
dan anarki, malah serem bawaanya kan. Mereka yang liat malah baerasumsi “oh
Islam tuh gini to ternyata, suka koar-koar bikin onar, horor dan lain
sebagainya”.
Kalau
demikian, malah berabe kan urusan. Bukan ngasih solusi malah nambah musuh.
Mereka yang mau belajar agama Islam malah kabur ngga jadi mendekat. Nah salah
siapa sekarang coba?
Bukan
berarti aku setuju terhadap mereka umat Islam yang masih merayakannya. Bukan
sama sekali. Aku juga ngga suka kalau banyak yang menghambur-hamburkan duwit
untuk beli coklat, boneka, bunga mawar atau yang lainnya. Boro-boro duwitnya
sendiri, lha ini hasil duwit minta dari orang tua malah. Trus nanti
ujung-ujungnya kalau ngarah ke disko, seks bebas. Ah malah tambah masalah kan
hasilnya.
Namun
menurutku kalau metode penyampaian yang seperti tadi itu dilakukan, bukan hal
yang bijaksana deh. Kurang dan ngga pas. Satu hal yang perlu diperhatikan,
mungkin perlu metode pendekatan yang lebih jitu. Sederhana tapi menyeluruh. Yang
lebh catching.
Mungkin bisa nih, buat seminar.
Disosialisasikan di kampus-kampus kuliahan, atau instansi-instansi pendidikan
yang lainnya. Tujuannya ya biar banyak anak muda yang paham. Kasih perbandingan
efek baik dan buruk dari valentine itu sendiri. Trus juga bagi orang tua yang
punya anak, lebih diperhatikan itu pergaulan anak-anak mereka. Biar ngga
sembrono. Pokoknya kasih nasehat-nasehat yang tepat sasaran gitu lho. Tepat dan
efektif. Kalau cuma gembor-gembor sana sini mah malah bikin orang tambah ngga
menghiraukan. Anti ini itu. Kasih cara yang lebih sistematis. Lebih persuasive.
Dengan demikian, pasti lebih adem deh suasana. Adu jotos, adu urat leher.
Mending mah bakso urat. Enak dan ngenyangin.
Salam Bakso Urat..! *eh.
Salam Bakso Urat..! *eh.
No comments:
Post a Comment