Sunday, April 10, 2016

Tiket Surga? Maaf, Sudah Habis...





“Hei bro, bakwanmu kuambil satu ya..”
“Terserah, tapi ku ga ikhlas. Tunggu aja entar di akherat. Kutagih kau di sana”

Percakapan sederhana yang sering kudengar sehari-hari. Merupakan satu kegundahan akhir-akhir ini. Masalah HAK. Dimana orang begitu memperhitungkan hak-hak mereka yang diambil oleh orang lain. Bukannya aku mengingkari adanya hari perhitungan kelak. Memang diriwayatkan bahwa nantinya kita akan dikumpulkan. Lalu bagi orang-orang yang zhalim, yang mengambil hak orang, mereka akan dikuras pahalanya dan ditimpakan kepada mereka yang dizhalimi. Dan jika masih kurang, maka dosa-dosa orang yang dizhalimi pun akan ditimpakan kepada mereka yang menzhalimi.

Aku meyakini hal itu. Seyakin-yakinnya. Akan tetapi, banyak orang yang menyalah gunakan dalil itu untuk menodong orang lain. Menjadi tujuan utama mereka di kehidupan ini. Kenapa aku berkata seperti itu? Bisa diliat bahwa banyak yang seakan-akan menciptakan teror kepada orang-orang disekitarnya. Apa-apa menuntut hak, apa-apa mengancam liat aja di akhirat nanti, kubalas kau di akhirat nanti. Mereka seolah menginginkan bahwa penghuni surga adalah mereka sendiri, lalu menginginkan orang lainnya untuk dijebloskan untuk menghuni neraka. Kenapa begitu coba?

Kenapa kita ngga berpikir untuk mengikhlaskan saja hak-hak kita? Indah ngga sih kalau kita menjalani kehidupan ini dengan saling mengikhlaskan, melepaskan, serta merelakan apa yang ada di kita, hak-hak kita untuk orang lain. Kita itu siapa sih di dunia ini? Kita itu punya apa di dunia ini? Semua itu pemberian dari yang Kuasa kan. Kenapa kita ngga mencoba berpikir bahwa dengan merelakan hak kita tadi bisa meringankan urusannya di hari perhitungan nanti. Apakah kita ngga menginginkan orang lain masuk surga karena kita? Kenapa kok kita istilahnya berlomba-lomba untuk menjadi penghuni surga satu-satunya dengan cara menjatuhkan orang lain? Kenapa kita ngga ngajak masuk surga bareng yang lainnya? Kan enak, kan asyik, kan cihui banget...

“Lhaah, kalau gitu Gusti Allah ngga adil dong? Kan hakkku diambil si doi, masa’ dia lempeng-lempeng aja ngga dituntut?”

Mas, mbak, adek-adek semua, kita tahu apa sih tentang seberapa adilnya Gusti Allah. Allah itu maha adil. Seberapa adilnya? Ya adil. Hakim seadil-adilnya. Bahkan kejahatan atau kebaikan sekecil apapun nantinya bakal ada balasannya. Ngga usahlah terlalu berpikir di sana nanti bakal rebutan pahala, tuntu-tuntutan hak, itu semua atas kehendak Allah kan. Kita juga ngga bisa ngatur-ngatur Allah kan untuk berlaku adil ini adil itu.

Yang jadi urusan kita adalah, kenapa kita ngga saling memaafkan terhadap sesama. Kenapa kita ngga menciptakan suasana yang indah. Mengingatkan sesama dengan cara yang baik. Cireng kita diambil temen kek, sepeda kita dicuri orang kek, uang kita diambil entah sama siapa kek, kenapa kita ngga mengikhlaskannya aja. Kenapa kita ngga mencoba mendoakan mereka-mereka itu aja semoga ini adalah barang terakhir yang mereka ambil/ curi. Itung-itung sebagai sedekah juga kan. Bukannya aku menghalalkan orang untuk berlaku zhalim. Ya bukan lah. Perilaku kezhaliman ya harus ditumpas, dijauhi sejauh-jauhnya. Orangnya juga harus ditindak secara semestinya. Kalau bisa diingatkan ya diingatkan dengan baik, biar ngga lagi-lagi. Kan enak kayak gitu. Menciptakan “surga” di dunia dengan saling memaafkan.

Masalah di hari perhitungan nanti, serahkanlah semua pada Allah. Percayalah semua amal kita nanti akan dibalas seadil-adilnya. Kita ngga bakal rugi kok. Apakah iya dengan merelakan dan memaafkan trus kita nanti rugi? Karena jatah pahala yang harusnya untuk kita malah ngga jadi dapet. Rumus darimana itu? Jangan jadi orang yang sok tahu gitu lho, kayak ngerti aja nanti di akhirat kayak gimana keadaanya. Masalah keadilannya seperti apa, itu urusan Allah kan.

Maka dari itu, yuk berhenti menuntut hak yuk. Belajar ikhlas. Tapi tetep, yang zhalim ya ditindak semestinya. Tapi terlepas dari itu, dengan cara memaafkan, insallah bakal indah deh kita ngejalanin hidup.


No comments:

Post a Comment

Most Popular