Tuesday, September 1, 2015

Dibalik si gundhul pacul





        Menilik kembali ke masa kecil dahulu. Sebuah lagu yang nggak asing lagi bagi kita, khususnya bagi kita anak-anak dari jawa. Sebuah lagu yang memang sering dinyanyikan oleh simbah kita sebagai hiburan, atau mungkin juga digunakan untuk mengantar tidur malam kita. Bukan lah hal yang penting mungkin, cuma sebuah nyanyian daerah. Dan dahulu pun kuanggap sebagai nyanyian-nyanyian biasa yang tak bermakna.

Dalam wikipedia Indonesia pun asal usul lagu gundhul pacul dijelaskan sebagai berikut :
Gundhul Pacul adalah sebuah lagu anak-anak berbahasa Jawa . Terdapat dua sumber yang menyebut pengarang lagu ini, yaitu Sunan Kalijaga pada tahun 1400an dan R.C. Hardjosubroto.

Kali ini kita tak ingin mencari siapa pencipta sebenarnya lagu gundhul pacul, itu hal yang menurutku bukanlah hal yang penting untuk diperdebatkan. Akan tetapi, hal yang ingin aku tekankan di sini adalah makna yeng tersirat dalam lagu gundhul pacul. Tapi sebelumnya, bagaimana sih lagu gundhul pacul itu? Bagi yang nggak ngerti, berikut ini saya tuliskan lagu gundhul pacul serta terjemahan Indonesianya :

Gundhul gundhul pacul cul
gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul
gembelengan
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar

Terjemahan Indonesia :

Gundul gundul cangkul, sembrono
Membawa bakul (
tempat nasi tanak) dengan sembrono (Di atas kepala)
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman




Lalu, apa sih kandungan dari lagu tersebut?

Banyak sekali sebenarnya intrepetasi di luar sana. Blog-blog pun ngga sedikit yang membahas hal ini. Bahkan wikipedia sendiri telah menjelaskan makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Lalu apanya yang baru? Sehingga mendorongku untuk menuliskan hal yang sama? Tujuanku di sini hanyalah ingin memberikan pendapat serta pandangan yang berbeda dari yang lain.

Menurutku,

Gundhul gundhul pacul cul
gembelengan,
bisa diartikan bahwa ini adalah kondisi saat kita masih kecil, belum bertanggung jawab atas diri sendiri maupun orang lain. Masih suka main-main, lari sana lari sini tak menghiraukan lingkungan, mbandel, mbeling dan lain lain. Jadi pada saat ini, kita pun ngga bisa disalahkan atas sikap kita yang aneh-aneh, yaitu : gembelengan.

Nyunggi nyunggi wakul kul
gembelengan,
namun, ketika kita sudah nyunggi wakul, yaitu sebuah pekerjaan dimana kita menaruh tempat nasi di atas kepala kita, kita nggak boleh gembelengan. Kenapa nasi? Karena nasi diidentikkan dengan hal yang menyangkut kepentingan orang banyak, kebutuhan orang banyak. Dan kenapa di atas kepala? Karena hal ini menggambarkan sebuah situasi ketika kita mendapatkan sebuah amanah tentang kepentingan orang lain. Kepala adalah anggota tubuh manusia yang paling mulia. Dan dengan ini, kepentingan orang lain harus jauh lebih diprioritaskan daripada kepentingan diri sendiri, bahkan jika memang perlu, dengan mengorbankan kemuliaan diri sendiri. Nggak boleh main-main. Nggak boleh gembelengan. If not....

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar,
          semuanya akan tumpah. Semuanya akan berantakan. Porak poranda. Tak terkendali. Dan hal ini bisa menimbulkan keadaan yang tak teratur dan bisa menimbulkan kehancuran umat.


Kepada siapa lagu ini sebenarnya ditujukan?
Secara umum ini ditujukan kepada para pemimpin di luar sana. Bukan cuma ditujukan kepada presiden, perdana menteri, DPR, tapi juga melingkupi ke lingkup paling kecil sekalipun, seperti kepala sekolah, kepala desa, kepala keluarga sekalipun. Sehingga lagu ini benar-benar mengajarkan akan kehati-hatian yang diharapkan ada pada diri kita ketika kita di berikan sebuah amanah demi kepentingan orang banyak.


Lalu kenapa lagu ini di lantunkan terus menerus sejak kecil dulu?
Orang-orang tua terdahulu memang terbilang pintar dalam merangkai kalimat-kalimat penuh hikmah menjadi sebuah syair/nyanyian sederhana. Lalu mereka lantunkan kepada kita, anak-anak kecil yang masih polos dan lugu. Kenapa? Karena hal ini cukup terbilang efektif. Di usia-usia tersebut, anak-anak mudah menyerap informasi dari luar lho. Bahkan tak sedikit ada anak-anak kecil yang misalnya besar di lingkungan orang-orang bicara kotor pun mereka dapat menirunya dengan mudah. Nah ini, para orang tua dulu mungkin juga berpikiran hal yang sama. Sehingga, mereka lantunkan lagu-lagu daerah khususnya lagu gundhul pacul di atas kepada anak usia dini. Sadar apa tidak tentang makna lagunya, itu urusan belakang. Yang terpenting adalah lagu tersebut sudah tertanam pada benak kita yang nantinya ketika kita sudah bisar bisa mengamalkan kandungan lagu tadi.



Refference :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gundhul_Pacul

No comments:

Post a Comment

Most Popular