Apa
sih hari pahlawan itu. Apa esensinya? Buat apa dirayain sih? Untuk apa juga.
Banyak yang nggak peduli kok. Ya mungkin pada ngarepin tanggal yang jadi merah
aja, soalnya hari libur, bisa buat jalan-jalan, hangout, nggunung ke
Rinjani.
Dulu
katanya hari pahlawan ini diidentikkan dengan peristiwa tanggal 10 november ’45
di Surabaya. Yang mana terjadi peristiwa besar-besaran. Perlawanan arek-arek
Suroboyo untuk mempertahankan kemerdekaan, yang semangatnya telah dibakar oleh
Bung Tomo. Berjuang habis-habisan melawan Inggris yang saat itu mulai
memborbardir Surabaya pasca matinya Brigadir
Mallaby. Yang akhirnya berujung ribuan pejuang dari pihak Indonesia gugur di
medan perang bla bla bla. Kurang lebih sih gitu ya sejarahnya. Kalau kurang jelas
coba cek lagi buku sejarah sekolah dasar. Mungkin pemerintah tujuannya untuk
menjadikan tanggal ini sih biar kita nih, penduduk indonesia mengingat
peristiwa tadi, menjadikannya sebuah simbolik. Diharapkan juga menghargai
jasa-jasa mereka, mengingat, ikut berkabung, serta ya mendoakan mereka-mereka
yang telah gugur di medan perang perjuangan kemerdekaan indonesia. Itu mungkin
lho ya.
Nah
masalahnya, yakin nih para warga desa Indonesiaku yang kucinta ini, pujaan
hatiku ini, desaku yang permai ini, melakukan hal-hal diatas yang aku utarakan
tadi. Kalau aku lihat sejauh ini sih enggak. Mana ada yang mau peduli. Ya itu
tadi, mungkin juga sebatas mengibarkan bendera separuh tiang aja, sebagai tanda
bergabung. Udah itu doang. Sebagai simbolik doang. Nggak lebih, tapi mungkin
bisa kurang.
Lha
trus buat apa dong dirayain segala?
Sekedar
itukah bentuk rasa terima kasih kita kepada para pahlawan?
Setelah
bersusah payah berdarah-darah, memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
cuma itu kah yang kita sumbangsihkan?
Cuma
itu? Sekedar itu?
Itu tadi
yang sudah meninggal. Nah kalau yang masih hidup?
Tempo
hari sih ada ya yang nge-share, menemukan pahlawan kemerdekaan yang
Alhamdulillah masih diberi umur panjang. Tapi keadaan pahlawan itu cukup
memprihatinkan, karena terlihat beliau lagi mengemis di jalanan. Terlepas entah
itu berita hoax atau bukan, kalau bener-bener ada nih, pahlawan yang telah
berjasa dan masih hidup malah terlunta-lunta gitu seperti nggak terurus, nggak
malukah kita? Itu baru satu orang lho. Gimana kalau di seluruh penjuru
Indonesia ada puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan yang kayak gitu, nggak malu?
“Ya itu urusan pemerintah dong. Menyantuni para pahlawan dan keluarganya”.
Iya, itu memang benar. Tapi masa’ kita harus tergantung banget pada pemerintah
gitu, nunggu mereka bertindak. Kalau pemerintah nggak nglakuin apa-apa? Mau
protes lagi? Demo lagi? Wong kok isane mung ndemo rusuh thok. Lakukan
hal yang riil dong. Minimal ya bantu ala kadarnya, santuni beliau-beliau ini.
Berikanlah sedikit rejeki kita, ringankan sedikit kebutuhan mereka. Atau
setidaknya ya hibur mereka, berikan sedikit kebahagiaan agar mereka sedikit
merehatkan diri dari semua beban hidup mereka.
Nah,
jadi ya itu tadi, buat apa dirayain kalau kita sebenarnya nggak ngerti esensi,
makna dari hari pahlawan itu. Dulu proklamator kita bilang kalau “bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan”. Yang jadi masalah,
apakah kita benar-benar peduli dengan jasa pahlawan kita sendiri? Lalu
penghargaan seperti apa yang kita berikan kepada mereka? Sebatas ucapan selamat
hari pahlawan aja? Mengibarkan bendera setengah tiang aja? Mengheningkan cipta
di waktu upacara bendera yang cuma diisi nyanyi doang tanpa benar-benar
mendoakan mereka? Atau mungkin malah bodo amat nggak peduliin mereka sama
sekali? Silakan dipilih, mau tanya diri masing-masing, atau tanya pada rumput
yang bergoyang di pekarangan belakang rumah.
No comments:
Post a Comment