Friday, December 25, 2015

Mana Rahmatan lil alaminnya?




Memang udah sifat bawaan manusia untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Menganggap diri mereka lebih benar dibandingin yang lainnya. Berpegang teguh akan pendapatnya kalau pendapatnya itulah yang absolut bener. Yang lainnya pasti salah dan wajib ditolak, dibuang jauh-jauh. Ngga mau tahu lah.

Misalnya aja nih, hari ini kebetulan tanggal 25 Desember, hari dimana kaum nasrani merayakan hari Natal. Nah, coba deh cek keluar, buuaanyak sekali orang-orang yang saling menyalahkan satu sama lain. Yang satu kolot banget mengharamkan umat islam untuk mengucapkan selamat natal, yang satunya lagi kekeuh untuk menghalalkan hal tersebut. Berantem ngga kelar-kelar. Udah tahun-tahunan peristiwa kayak gini terjadi, tapi teteeep aja masih saling menyalahkan.

Tuesday, December 22, 2015

Ibu?




Hari ini hari ibu. Hari ibu? Iya hari ibu. Yang notabenenya dirayain tiap tahun tanggal 22 Desember itu lho. Iya yang itu. Ini hari pula, timeline fesbuk penuh dengan ucapan-ucapan selamat kepada ibu. Dari yang usia muda sampai yang tua, dari yang wanita sampai yang pria, dari yang belum baligh, sampai yang lagi baligh kedua. Ruame banget lah, sampe-sampe saking ramenya hampir ngalahin ramenya pasar ikan di kampung.

Bagi beberapa orang, mungkin hari ini merupakan hari spesial dimana mereka men-spesialkan ibu mereka, membuktikan betapa sayangnya mereka kepada ibu. Mengingat jasa-jasa sang ibu yang bersusah payah melahirkan, membesarkan, hingga yang sekarang mungkin bekerja membiayai sekolahnya. Iya memang. Hari ini hari spesial. Begitu spesial bagi mereka. Mereka yang ingin sejenak menjadikan satu hari dalam setahun sebagai hari spesial teruntuk sang ibu.

Tuesday, December 8, 2015

Tangan Mungil si Adek



Musim dingin sudah menjelang. Daun-daun maple yang basah ikut memenuhi jalanan. Genangan air terlihat di pinggir trotoar bekas hujan kemarin siang. Seakan menegaskan Ankara siap mengucapkan selamat datang. Selamat datang untuk musim dingin yang sebenarnya amat tak diinginkan untuk datang.

Pagi itu masih sepi. Jalanan masih cukup lengang untuk dilalui. Hari itu memang kebetulan aku ada sedikit urusan di kampus. Ada janji ketemu sama dosen. Memang sengaja pagi itu untuk berangkat lebih awal demi menghindari jalanan macet. Meskipun sebenarnya hati juga enggan untuk keluar rumah, meninggalkan kehangatan aerta kenyamanan bantal dan selimut di kamar sana.

Most Popular